Apa Aku Salah?

Di ruangan dengan suasana putih bersih, terdapat tempat tidur di salah satu sudutnya. Seorang pria meringkuk memeluk kedua lututnya di atas tempat tidur tersebut. Di sudut lain, seorang wanita berjas putih dengan rambut kucir kudanya berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong jasnya. Matanya yang memakai kacamata bergagang hitam memerhatikan sosok pria tersebut. Wanita tersebut memutar kembali ingatannya pada kejadian semalam.
“apa kau pernah merasa sangat putus asa dengan hidupmu? Berfikir untuk menghentikan takdirmu yang belum selesai di dunia ini? Namun kemudian menginginkan berjuang kembali demi seseorang yang tiba-tiba sangat kau inginkan memeluk mu disaat kembali merasa putus asa?” pria tersebut duduk di atas tempat tidur di sudut ruangan sambil melihat keluar jendela. Pria itu berbicara saat seorang wanita berjas putih dengan rambut yang di kucir kuda masuk ke ruangan tersebut. Wanita itu cukup terkejut, karena setahun belakangan sejak pria itu di seret masuk ke ruangan ini baru kali ini pria itu mengeluarkan suaranya. Meskipun terkejut, wanita itu tetap berjalan mendekati tempat tidur dan duduk di pinggirnya. Pria itu menoleh sejenak saat wanita itu berkata “kau ingin menceritakan sesuatu?”. Pria itu kembali melihat keluar jendela.
“selama hidup di dunia ini, hanya satu wanita yang menurut saya cantik. Apapun perlakuannya pada saya, saya tetap ingin berjuang untuk membuatnya melihat dan menyadari keberadaan saya di dunia ini. Namun, ada saat di mana saya mulai menyerah dan memilih mengakhiri hidup saya yang membuat saya berakhir di tempat ini” pria itu tertawa di akhir perkataannya. Tawa yang menyayat hati. Pria itu kembali menoleh sejenak kepada wanita itu lalu kembali melihat keluar jendela “saya menyerah akan hidup saya, saya tau bahwa saya hidup karena suatu kesalahan yang membuat saya semakin membenci takdir saya. Tapi, setahun berada disini ada sesuatu yang membuat saya kembali menemukan niat untuk hidup. Wanita cantik yang lain, yang dengan sabar mengunjungi kamar ini setiap hari dengan senyum dan pertanyaan yang selalu terulang ‘sudah merasa lebih baik?’ membuat saya ingin sembuh dan kembali hidup normal. Dengannya” pria itu menoleh lagi. “apa wanita itu boleh tau apa yang terjadi?” wanita itu sadar bahwa dirinya lah yang dimaksud pria yang setahun ini menarik perhatiannya itu.
Wanita itu keluar dari ruangan tersebut. Berjalan menjauh menuju ruangannya di sudut koridor. Sepanjang koridor sampai duduk di kursinya, wanita itu kembali mengingat apa yang diceritakan pria yang ditinggalkannya di ruangan tadi.
Rumah di kawasan elit itu terlihat sangat sepi. Hanya ada satu wanita yang duduk gelisah di ruang tamu. Wanita yang meskipun umurnya menuju angka 40 namun masih terlihat cantik dan elegan itu menunggu suami dan anaknya yang belum juga pulang sedangkan jam sudah menunjuk pukul tengah malam. Tiba-tiba ada seorang pria dengan wajah tertutup setengah dengan pakaian serba hitam dan pisau tajam di tangan kirinya jalan mendekat ke arah wanita tersebut. Pria itu mengancam wanita itu dan memaksanya masuk ke dalam kamar.  Beberapa jam kemudian suami dan anak dari wanita itu pulang dengan terkejut. Mendapati wanita itu menangis histeris di atas tempat tidur di kamarnya hanya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Ya, pria tadi adalah penjahat, yang memerkosa wanita itu dan mengambil beberapa barang yang ada di rumah tersebut.
Beberapa bulan kemudian, wanita itu mendapati dirinya mengandung bayi dari penjahat itu. Wanita itu semakin membenci dirinya dan ingin mengakhiri hidupnya dengan membiarkan dirinya terguling di tangga, jatuh dari lantai 2 rumahnya. Namun, anaknya segera membawa wanita itu ke rumah sakit saat mendapati ibunya terbaring di depan tangga. Suami dan anak wanita itu mendukung wanita itu untuk membiarkan bayi yang dikandungnya lahir. Hingga akhirnya bayi itu lahir dengan sehat dan tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang tampan dan sangat pintar. Meski begitu, tidak sekalipun wanita itu ingin melihat wajah anak laki-laki itu, ia menyewa seorang pengasuh untuk merawat anak tersebut sejak lahir hingga menjadi seorang remaja yang cukup membanggakan.
Mirisnya, meskipun dengan IQ yang superior, menjadi juara kelas, bahkan tidak memakan waktu lama untuk menjadikannya seorang pengusaha sukses di negeri lain, tetap tidak menjadikan wanita yang saat ini masih cantik elegan meski umurnya tidak lagi bisa dibilang muda mau melirik anak yang lahir dari rahimnya tersebut. Menurutnya, melihat wajah anak itu membuatnya mengingat kembali kejadian pahit malam itu. Mata tajam yang melihatnya, nafas yang menggebu-gebu, dan tangan kiri yang mengancam dengan pisau tajam di lehernya. Semua tentang penjahat itu masih saja tidak bisa dia hilangkan bahkan bertahun-tahun.
Mempunyai ibu yang bahkan melihatnya saja enggan, membuat anak laki-laki itu bahkan memimpikan pelukan ibunya saja ia tak berani. Meskipun begitu, anak laki-laki itu tetap saja berusaha meraih yang terbaik agar ibunya bisa bangga padanya. Namun, usaha yang dilakukannya tetap saja sia-sia. Malah usahanya yang tidak bisa dibilang mudah untuk diraih itu mendapatkan balasan yang mengenaskan. Setelah peresmian perusahaannya di negeri lain, anak laki-laki itu pulang dengan senyum yang mengembang lebar, tidak sabar akan reaksi ibunya, siapatau kali ini ibunya bisa memaafkan perilaku ayah biologisnya di masa lalu. Namun, saat membuka pintu kamar orangtuanya anak laki-laki yang sudah bisa disebut pria itu harus mendapati ibunya tergantung di kusen pintu menuju balkon kamar itu.
Setelah kematian ibunya yang bunuh diri dengan menggantung dirinya, membuat pria itu mulai menyalahkan segala yang terjadi karena dirinya. Seandainya ia tidak pergi ke negeri lain saat itu, seandainya ia tetap jadi anak baik di rumah menjaga ibunya, seandainya ia menolak takdirnya untuk hidup pada Tuhan, seandainya ibunya tidak mengandung dirinya, seandainya dia tidak hidup, maka ibunya tidak akan mengakhiri hidupnya dengan mengenaskan seperti itu, maka ibunya bisa hidup bahagia cukup dengan keberadaan ayah dan kakak laki-lakinya. Pria itu mulai mencoba mengakhiri hidupnya, namun selalu ditahan oleh ayah dan kakaknya. Hingga akhirnya ayah dan kakaknya tidak sanggup lagi dan menyerahkan pria itu ke rumah sakit jiwa. Tidak semudah itu memasukkannya ke rumah sakit jiwa, karena pria itu selalu memberontak hingga hampir membunuh salah satu petugas rumah sakit jiwa tersebut.
Maka dari itu, wanita yang saat ini duduk dengan kedua tangan yang berada di meja di depannya dan menumpukan pelipisnya di atasnya dengan mata basah yang tertutup, mengingat bagaimana usaha petugas rumah sakit jiwa menyeret pria itu dan memasukkannya ke dalam kamar isolasi yang selama setahun ini dikunjunginya setiap hari.

by: Pila

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Diberdayakan oleh Blogger.