
Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan (ABK) di
Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak (www.kemdikbud.go.id 2017). Jumlah tersebut terus meningkat setiap
tahunnya hingga sekarang ini. Anak berkebutuhan khusus tersebut mengidap
gangguan psikologis yang berbeda, diantaranya Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Autism Spectrum Disorder (ASD), Conduct Disorder, Depression, Anxiety, Post Traumatic Stress Disorder, Obsessive
Compulsive Disorder, Intellectual
Disorder dan Learning Disabilities
(Kring, Johnson, Davison, & Neale, 2012).
Apapun
jenis gangguannya, anak berkebutuhan khusus tersebut pada gilirannya akan
menjadi seorang remaja. Selayaknya remaja pada umumnya, mereka juga akan
mengalami masa pubertas. Pada masa ini, remaja mengalami kematangan seksual
(Santrock, 2011) sehingga pendidikan seksual sangatlah diperlukan. Masalah
Pendidikan seksual ini menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan untuk
anak berkebutuhan khusus, mengingat mereka memiliki keterbatasan dalam hal-hal
tertentu (Astuti & Andanwerti, 2016). Orang tua di rumah dan pihak sekolah
memegang peranan yang penting untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak
tersebut agar mereka dapat memahami diri mereka sendiri serta nilai-nilai dan
perilaku yang diharapkan dari mereka.
Saat
ini, masyarakat cukup sering disuguhkan dengan masalah-masalah terkait dengan
kurangnya kesadaran terkait pendidikan seksual dan kepedulian terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus. Masalah yang berhubungan dengan seksual remaja
berkebutuhan khusus adalah banyaknya remaja berkebutuhan khusus yang melakukan
masturbasi, terutama para prianya. Selain itu adanya masalah terkait pelecehan
seksual, sodomi, dan perkosaan (Astuti & Andanwerti, 2016). Menurut Hastuti
(2015), tidak hanya di dalam negeri, setiap tahunnya 1400 remaja berkebutuhan
khusus di negara Inggris juga menjadi korban pelecehan seksual. Begitu pula
kasus kekerasan seksual terhadap penyandang disabilitas di Amerika Serikat
dinyatakan 1,5 kali lebih rentan menjadi korban seksual dibandingkan masyarakat
umum.
Hingga
saat ini Pendidikan seksual terkadang masih menjadi perdebatan sehingga
berbagai hal perlu dipertimbangkan, termasuk attitude orang tua dan guru-guru dan dampak pengajarannya. Melihat
masalah-masalah yang ada, yang menjadi perhatian pada permasalahan seksual
bukan hanya berfokus pada masyarakat umum tetapi juga pada anak-anak dan remaja
yang berkebutuhan khusus. Kekurangan secara fisik ataupun mental yang mereka
alami bukan berarti membuat mereka tidak perlu memahami perihal seksualitas. Pendampingan
dari orangtua sangat diperlukan untuk memerhatikan perkembangan seksualnya,
orangtua sangat diharapkan untuk menganggap Pendidikan seksual sebagai sesuatu
yang sangat berharga dan penting dalam perkembangan remaja untuk menghindari
pelecehan seksual yang biasa terjadi tanpa kita sadari. Guru-guru di sekolah
juga memegang peranan penting untuk mengedukasi siswanya dengan jalan yang
benar.
Penulis: Puji Rahayu
Editor: Syurawasti Muhiddin
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.