
Sebagai makhluk sosial, manusia tak pernah lepas dari orang lain. Begitu pula dengan remaja. Ia memerlukan interaksi dengan orang lain untuk mencapai kedewasaannya. Yang perlu dicermati adalah bagaimana seorang remaja itu bergaul, dengan siapa, dan apa saja dampak pergaulannya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Pergaulan berasal dari kata “GAUL”. Pergaulan itu sendiri bagian dari kehidupan sehari-hari dalam persahabatan ataupun masyarakat. Namun, tidak demikian dikalangan kebanyakan remaja saat ini. “Gaul” menurut dimensi remaja-remaja adalah ikut dalam trend, mode, dan hal-hal yang berhubungan dengan glamoran hidup. Harus masuk ke dalam geng-geng, sering bergabung, dan konkow-konkow di berbagai tempat seperti mall, tempat wisata, game center, dan lain-lain, yang mana pada akhirnya, gaul dimensi remaja akan menimbulkan budaya konsumtif. Solidaritas dan kesetiakawanan sering dijadikan landasan untuk terjun kedunia hura-hura. Dengan “setia kawan” itu pula kebanyakan remaja mulai merokok, minum-minuman keras, mengonsumsi narkoba, dan bahkan seks bebas. Kalau tidak ikut kegiatan-kegiatan geng ataupun teman nongkrong bisa dianggap tidak setia kawan. Paradigma seperti inilah yang menggerayangi pikiran sebagian remaja masa kini. Sebenarnya dengan tindakan itu mereka telah merusak kemurnian makna dari solidaritas dan kesetiakawanan itu sendiri. Jika ditinjau lebih dalam “Gaul” tidak akan menimbulkan banyak dampak negatif jika standar nilai yang dipakai untuk mendefinisikan gaul itu sesuai dengan kebudayaan kita yang penuh dengan tata krama dan kesopanan. Hanya saja, mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging pada sebagian remaja saat ini tidaklah mudah. Semua itu memerlukan sinergi dari semua pihak, baik oranng tua, keluarga, pemuka masyarakat, pemerintah, dan yang tak kalah pentingnya adalah peran kita sendiri sebagai remaja yang akan menjalani kehidupan dalam bingkai kata “gaul” itu sendiri (http://dream4li.blogspot.co.id).
Remaja adalah makhluk yang sedang
mengalami masa transisi, segala hal yang dilakukan menurutnya BENAR. Padahal,
mereka sendiri kurang paham dengan tindakan yang mereka lakukan. Remaja hanya
ingin memenuhi kesenangannya saja, tanpa memikirkan dampak yang akan diberikan.
Oleh karena itu, lingkungan adalah salah satu faktor pendukung utama dalam
pembentukan karakter seorang remaja. Banyak hal positif yang bisa dilakukan
oleh remaja untuk membentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya. Selain
itu, sebagai orang yang sudah memasuki usia dewasa, ada hal yang patut kita
contoh dari seorang remaja yaitu motivasi mereka saat melakukan apa yang mereka
senangi, dalam artian semangat mereka selalu menggebu-gebu ketika melakukan
hobinya, misalnya menggeluti salah satu alat musik. Namun, kadang orang tua
tidak terlalu mendukung ketika seorang anak terlalu fokus dengan apa yang
mereka senangi, yang orangtua lakukan hanya menilai dari sisi negatifnya saja,
tanpa memikirkan bahwa apa yang dilakukan remaja ini adalah salah satu hal yang
positif.
Remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21
tahun. Pelajar bisa di kategorikan sebagai remaja yang kebanyakan perilakunya
belum bisa di kontrol ke hal-hal positif. Pandangan masyarakat mengenai remaja
atau pelajar sekarang adalah perilaku mereka yang selalu negatif padahal ada
juga perilaku remaja atau pelajar yang positif misalnya perilaku cinta
lingkungan.
Di sisi lain, remaja memiliki
kekuatan emosional yang kuat dengan rekan sebayanya. Sehingga, mereka memiliki
toleransi yang tinggi dalam menjalin pertemanan. Seharusnya, sebagai makhluk yang
sudah merasa dewasa, ada hal yang bisa kita jadikan cermin dalam kehidupan
remaja, salah satunya dalam hal hubungan sosial dengan lingkungan yang ada di
sekitar kita.
Remaja adalah orang-orang yang
membutuhkan dukungan dan ingin dimengerti. Mereka membutuhkan telinga yang siap
mendengarkan segala permasalahan yang dialami. Remaja membutuhkan
nasehat-nasehat yang membangun, bukan untuk menjatuhkan sebelum mereka
bertindak.
Orang hadir di hidupmu karena
sebuah alasan. Mereka memberi bahagia dan kecewa, ada yang sesaat, tapi ada
yang selamanya. Remaja pun demikian, mereka kadang dan bahkan sering membuat
salah, tapi kesalahan itu bisa mereka hapuskan dengan prestasi-prestasi yang
akan mereka tunjukkan dengan adanya dukungan dari lingkungan terutama orangtua
dan keluarga terdekat serta dari para sahabatnya.
Kalian tahu apa yang manis dari
seorang remaja ? tindakannya yang selalu spontan dan penuh kejujuran. Layaknya
seorang anak yang merengek kepada ibunya karena berharap mendapat perhatian
yang lebih dari sang ibu. Seperti itulah remaja, mereka berulah karena mereka
membutuhkan kita.
Generasi sehat mental dapat
diwujudkan dengan melakukan hal-hal yang kecil, misalnya menumbuhkan
keingintahuan dan rasa peduli terhadap penyebab permasalahan yang ditimbulkan oleh
para remaja dan memberikan solusi yang positif dengan kata-kata yang membangun,
bukan dengan ucapan yang kasar dan menjatuhkan serta melimpahkan segala
kesalahan pada mereka.
Mendengar dan tersenyum, tindakan
sederhana namun sangat berarti untuk orang-orang di sekitar kita. Penyembuh
luka dan penyelamat.
Salam mental sehat :)
Editor: Syura
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.