Artikel
Untuk Emosi Negatif dan Kekecewaan Alihkan dengan Defence Mechanism “Sublimasi”
Kekecewaan,
perasaan insecure, dan patah hati merupakan sederet problematika yang
tak jarang menghampiri setiap individu dalam kehidupan. Setiap individu
memiliki caranya sendiri untuk menghadapi hal yang demikian. Pada ilmu
psikologi, ada teori yang bernama Defense mechanism oleh Freud. Freud yang merupakan seorang
Austria pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi
ini menggunakan istilah Mekanisme Pertahanan Diri (Defence Mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang
melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan.
Mekanisme
pertahanan diri setiap individu berbeda-beda dan strategi pertahanan diri menurut
Freud ada berbagai macam, salah satunya adalah sublimasi. Sublimasi merupakan suatu reaksi kompromi yang dilakukan oleh
individu ke arah yang lebih positif dan menghasilkan prestasi budaya dan
kultural. Contohnya, Iwan Fals
gemar menciptakan lagu yang bernuansa politik dan keadaan rakyat Indonesia yang
bisa jadi merupakan sublimasi terhadap kekecewaan dan harapannya terhadap
Indonesia.
Seorang
teman yang secara tak sadar memiliki strategi pertahanan diri sublimasi merasa
dirinya lebih bahagia setelah mengalami kekecewaan dan patah hati. Semakin ia
disakiti, semakin ia merasa ingin membuktikan bahwa ia baik-baik saja, dan
mampu melakukan hal-hal yang lebih positif dibanding sebelumnya secara tidak
langsung mengembangkan potensi yang yang dimilikinya. Orang-orang yang memiliki
strategi pertahanan diri sublimasi ini perlu diapresiasi karena tidak banyak
yang dapat melakukannya, sebab mereka percaya bahwa setelah badai hujan akan ada
pelangi nan indah. Untuk semua perasaan kecewa, amarah, kekesalan, keputusasaan,
dan segerombolan emosi negatif lainnya, ia mampu bangkit dan merasa lebih
bahagia setelah melakukan hal-hal yang lebih positif dibandingkan terpuruk dan
menangisi hal-hal yang belum tentu terjadi. Proses untuk sublimasipun tidak
mudah, dimulai dari datangnya sederet masalah dan kekesalan yang tak berujung,
kemudian fase sakit hati dan kecewa diiringi linangan air mata, hingga proses
sublimasi dimulai dengan mulai aktif mengikuti kegiatan yang melibatkan banyak
orang, datang dan berkumpul dengan teman lama sambil berdiskusi, serta ikut
berpartisipasi dalam kegiatan sosial lainnya.
Meskipun
demikian, mekanisme pertahanan diri tidak dimaksudkan untuk dilakukan secara
berlebihan, sebab terlalu sering defense
hanya akan membuat ego rapuh yang justru akan merusak kesehatan mental. Pada akhirnya,
kita akan merasa lebih sehat secara mental jika kita mampu belajar untuk
berdamai dengan setiap situasi yang terjadi, baik itu membahagiakan maupun
menyedihkan. Hanya saja, perlu untuk segera bangkit agar mampu menemukan
kebahagiaan, ketenangan, dan merasa lebih berguna untuk orang lain.
Penulis
: Karmila Kahar
Editor : Dina Ariani
Alwisol. (2009). Psikologi
Kepribadian (edisi revisi). Malang: UMM Press.
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.