Sastra
KEKUATAN CINTA
KEKUATAN
CINTA
Syurawasti
Muhiddin
Kata ‘cinta’ adalah
kata yang selalu kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Topik tentang
cinta menjadi topik sentral dalam film, lagu, novel, dan berbagai karya sastra
lainnya. Setiap genre cerita akan senantiasa menyelipkan kisah cinta yang
mengaduk-aduk emosi pembaca ataupun penonton. Pembicaraan tentang cinta selalu
menjadi perbincangan hangat di berbagai sudut benua, menyebar dan merasuk di setiap
relung kehidupan. Baik dalam dunia pendidikan, sosial-budaya, politik, hingga
ekonomi, tema cinta selalu menarik perhatian hingga titik dimana cinta dapat membuat orang
menjadi mengharu-biru.
Lantas bagaimana
kita mendefinisikan kata yang sudah lumrah ini? Acap kali kita mendengar
perkataan seorang pencinta seperti halnya, “tidak mudah mendefinisikan cinta”, “cinta tak
perlu didefinisikan karena yang terpenting adalah merasakannya”, “cinta bukan
hanya sekedar kata-kata, melainkan juga sebuah tindakan”, dan sebagainya.
Banyak sekali kutipan-kutipan dengan tema cinta yang dapat merefleksikan
definisi cinta yang beragam menurut seseorang yang mengalaminya.
Makna Cinta sebagai
Kekuatan Karakter
Dari perspektif
psikologi positif, cinta (love)
merupakan suatu kekuatan karakter yang dimiliki oleh setiap manusia yang
tergolong dalam kekuatan kemanusiaan (humanity).
Kekuatan kemanusiaan merupakan kekuatan interpersonal yang dimanifestasikan
dalam upaya membina hubungan dengan orang lain atau berteman dengan orang lain
(Peterson & Seligman, 2004; Rettew & Lopez, 2008). Cinta merupakan
kekuatan yang membuat seseorang menghargai hubungan yang dekat dengan orang lain
serta saling berbagi dan memelihara satu sama lain (Rettew & Lopez, 2008).
Cinta mendorong seseorang memberikan kontribusi pada kedekatan yang dibinanya
dengan orang lain secara tulus dan hangat. Cinta bersifat timbal-balik yang
mana seseorang memberikan cinta untuk orang lain dan bersedia untuk menerima
cinta dari orang lain juga (www.viacharacter.org).
Cinta merupakan
suatu keadaan kognitif yang berupa sikap, juga emosi dan perasaan, serta
perilaku terhadap orang lain (Peterson dan Seligman, 2004). Terdapat empat
jenis cinta, masing-masing dengan dasar biologis dan evolusi, yaitu attachment love, berwujud cinta orang
tua untuk anak dan cinta anak untuk orang tua; compassionate/altruistic love, berwujud kebaikan terhadap sesama
manusia dan makhluk hidup lainnya; companionate
love, berupa hubungan persahabatan; serta romantic love, berupa hubungan dengan pasangan (suami, istri, atau
pacar) (www.viacharacter.org).
Sementara itu,
Berscheid dan Walster (Hendrick & Hendrick, 2002) mendefinisikan dua jenis
cinta secara umum, yaitu passionate love
(cinta bergairah) dan companionate love
(cinta persahabatan). Passionate love
adalah keadaan saling tertarik secara fisik dan atau adanya gairah oleh orang
yang merasakannya, dengan suasanan hati yang mengayun antara keriangan dan
kesedihan yang mendalam. Companionate
love adalah afeksi yang dirasakan oleh dua orang yang hidupnya saling
terjalin secara dalam. Dengan demikian, cinta dimulai dari munculnya passion (gairah) dan akhirnya masuk pada
tahap companion. Hatfield (Hendrick
& Hendrick, 2002) memandang bahwa dua tipe cinta ini eksis bersama
sekaligus dalam suatu hubungan dan bukan tahapan. Orang-orang menginginkan
kedua jenis cinta tersebut ini dalam hubungannya.
Segitiga Cinta
Teori tentang cinta
dari pendekatan psikologi sosial yang banyak dikenal adalah Triangular Theory of Love (Teori Segitiga
Cinta) yang dikemukakan oleh Sternberg pada tahun 1986. Teori tersebut
mengemukakan bahwa cinta adalah percampuran dari keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment).
Dengan demikian cinta memiliki tiga dimensi (Sarwono & Meinarno, 2011)
sebagai berikut.
- Keintiman. Dimensi ini merupakan elemen emosi yang tertuju pada
kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat mereka untuk
bersama, termasuk kehangatan dan keakraban.
- Hasrat atau gairah. Dimensi ini merupakan elemen motivasional yang
didasari oleh daya tarik fisik dan daya tarik seksual.
- Komitmen. Dimensi ini merupakan elemen kognitif, berupa keputusan dan
tekad untuk tetap bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya.
Dalam membangun
hubungan jangka panjang dengan orang lain, termasuk dalam pernikahan, ketiga
dimensi tersebut perlu ada. Kombinasi
dari ketiga dimensi cinta tersebut juga akan menghasilkan tipe-tipe cinta yang
berbeda.
Cinta dan Kesehatan
Mental
Cinta dapat
berkontribusi terhadap peningkatan aspek-aspek tertentu yang membangun
kesehatan mental. Sebagai contoh, salah satu aspek dari kesejahteraan
psikologis (psychological well-being)
yang dapat meningkatkan kesehatan mental adalah hubungan positif dengan orang
lain. Dalam hal ini, tentu saja cinta akan berperan besar dalam membangun
hubungan positif tersebut. Temuan penelitian tentang manfaat kekuatan cinta
menunjukkan bahwa cinta cenderung menfasilitasi toleransi, empati dan pemaafan
dalam suatu hubungan, yang mana berkontribusi pada kesehatan dan
keberlangsungan hubungan tersebut. Cinta juga merupakan salah satu dari lima
kekuatan karakter yang paling berhubungan dalam peningkatan kepuasan hidup,
salah satu aspek dari kesejahteraan subjektif atau kebahagiaan. Lebih lanjut,
latihan meditasi cinta-kasih, yang mana seseorang memupuk perasaan kehangatan
untuk diri sendiri dan orang lain, telah terbukti meningkatkan hasil positif
untuk tubuh dan pikiran. Hendrick & Hendrick (2002) mengemukakan bahwa
hidup tanpa cinta akan membuat seseorang seperti film hitam-putih, penuh dengan
kejadian dan aktivitas tetapi tanpa warna yang membuatnya hidup dan memberikan
keceriaan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa cinta ini menjadi salah satu
hal penting untuk menentukan kualitas hidup seseorang.
Bahasa Cinta
Cinta itu bukanlah
semata-mata emosi sebagaimana kutipan dari David Wilkerson bahwa cinta bukan
hanya sesuatu yang kamu rasakan, cinta adalah sesuatu yang kamu lakukan.
Kutipan tersebut dapat mengantarkan kita pada kesimpulan bahwa kekuatan cinta
terletak pada caranya diekspresikan sehingga dapat diketahui. Sesuatu yang
dilakukan itu dapat dimaknai sebagai sesuatu yang ditunjukkan. Ekspresi cinta
berkaitan dengan istilah bahasa cinta yang menurut Dr. Gary Champan dalam
bukunya, dikategorikan menjadi lima.
-
Loves of Affirmation, bentuk bahasa cinta yang
berupa pujian atau kata-kata dan kalimat-kalimat yang romantis dan bersifat
membangun atau mendukung. Bahasa cinta ini yang menfokuskan pada ucapan-ucapan.
-
Quality Time, bahasa cinta yang diartikan
dengan menghabiskan waktu bersama atau melakukan kegiatan bersama, sehingga
bahasa cinta ini sangat bergantung pada kualitas dari kebersamaan tersebut.
-
Receiving Gifts, bahasa cinta dengan
memberikan hadiah, baik besar maupun kecil, mahal maupun murah. Individu dengan
bahasa cinta ini adalah individu yang menyukai hadiah.
-
Acts of Service, bahasa cinta yang berupa
bantuan atau pelayanan yang diberikan oleh pasangan untuk meringankan beban
pasangannya, contohnya suami yang membantu istri dalam melakukan pekerjaan
rumah tangga.
-
Physical Touch, bahasa cinta berupa sentuhan
fisik seperti bergandengan tangan, membelai rambut, dan lain-lain, dirasakan
sebagai bentuk ungkapan cinta dari pasangan
Kekuatan
Kemanusiaan
Sebagai makhluk
sosial, manusia membutuhkan kehidupan yang melibatkan dirinya dengan orang
lain. Dalam kebersamaan, manusia saling bergantung satu sama lain. Adalah cinta
yang dapat memperkuat kebersamaan tersebut, membuat hubungan antar manusia
menjadi berdinamika. Dalam teori hierarki kebutuhan Maslow yang sudah dikenal
luas, cinta dan rasa kepemilikan menjadi kebutuhan psikologis dasar individu.
Kebutuhan tersebut seyogyanya terpenuhi agar manusia dapat meningkatkan harga
dirinya dan mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Maha
Suci Tuhan dengan Kasih Sayang tanpa batas kepada manusia yang menyertakan
cinta sebagai kekuatan karakter dalam diri manusia untuk memenuhi kebutuhan
psikologis tersebut.
Dengan manfaatnya
dalam hubungan antar sesama makhluk hidup, cinta menjadi kekuatan kemanusiaan
yang utama yang dapat menyatukan berbagai perbedaan yang eksis. Kekuatan yang
dapat membuat manusia hidup berdampingan. Kekuatan yang dapat menghapuskan
permusuhan di muka bumi dan menghidupkan harapan untuk masa depan. Kekuatan
yang dapat membuat dunia ini tetap berada dalam harmoni.
Kita semua dapat
menerima, memiliki, dan memberikan cinta kita untuk orang lain. Untuk bisa
melakukannya, kita seyogyanya bisa menyadari seberapa besar kadar kekuatan
tersebut dalam diri kita. Lakukan perenungan setiap saat untuk memahami sejauh
mana kita telah mencintai diri kita sebagai individu ciptaan Tuhan sebab
memberikan cinta selalu dimulai dengan mencintai diri kita sendiri. Kita dapat
merenungkan sejauh mana kita telah mengekspresikan cinta kita. Apabila kita merasa masih kurang, kita dapat
meningkatkannya melalui berbagai bahasa cinta baik yang berupa perkataan maupun
tindakan. It’s time to express and share our love to build a beautiful and
peaceful world.
Referensi:
Hendrick, S. &
Hendrick, C. (2002). Love. In Snyder, C.R. & Lopez, S.J., Handbook of Positive Psychology (pp. 472
– 484). United States: Oxford University Press.
Peterson, C. &
Seligman, M. E. P. (2004). Character
Strength and Virtues: A Handbook And Classifications. New York; Oxford
University Press.
Rettew, J.G &
Lopez, S.J. (2008). Discovering Your Strengths. In Lopez, S.J., Positive Psychology, Exploring the Best in
People (pp. 1 – 22). United States: Greenwood Publishing Group, Inc.
Sarwono, S.W. &
Meinarno, E.A (2011). Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika
VIA Institue on Character. (2020). Love. Diakses dari https://www.viacharacter.org/character-strengths/love
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.