Launching Layanan Konseling Online Bully Id

 

               


            Tak dapat disangkal lagi, perundungan adalah salah satu bentuk kekerasan paling berbahaya bagi perkembangan psikologis manusia. Ratusan, bahkan ribuan penelitian telah membuktikan betapa bullying dapat mendatangkan berbagai masalah bagi korban, baik secara psikis dan fisik-psikosomatis, maupun jangka pendek dan jangka panjang. Bahkan, pada titik ekstrim, beberapa orang memutuskan untuk bunuh diri karena trauma berkepanjangan yang disebabkan bullying.

Oleh karena itu, peran psikolog sangat diperlukan oleh korban perundungan untuk membantu meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Sayangnya, karena berbagai faktor seperti stigma dan toxic masculinity, korban perundungan seringkali tidak mendapat perlindungan atau dukungan yang sepantasnya didapat. Karena takut menceritakan kekerasan yang mereka alami, akhirnya mereka tidak mendapatkan pertolongan yang selayaknya.

Untungnya, solusi hadir dalam bentuk bully.id, sebuah online counseling platform yang dapat memberikan bantuan secara daring sehingga korban tidak perlu khawatir identitasnya diketahui. Platform yang namanya berasal dari permainan kata verba bullied ini digawangi oleh banyak psikolog berpengalaman.

Dalam sebuah wawancara dengan HaloJiwa, pendiri bully.id, Agita Pasaribu, menceritakan bahwa ia mendirikan platform karena ia sendiri merupakan penyintas perundungan. Ia ingin para korban perundungan memiliki akses terhadap bantuan, di mana mereka bisa merasa aman menceritakan apa yang mereka hadapi.

                Lanjut Agita, bully.id menghadirkan fitur konseling on-demand, di mana pengguna dapat menentukan jadwal pertemuan kapan saja ia membutuhkan. Hal ini, ujar Agita, dapat membuat pengguna merasa nyaman karena tidak harus terikat jadwal kaku seperti appointment konvensional.

Bully.id memastikan bahwa data dan identitas korban sepenuhnya aman. Bahkan, pengguna layanan dapat menggunakan fitur tanpa video selama konseling berlanjut sehingga mereka bisa merasa aman dan tidak canggung selama proses berlangsung.

Bahkan, para pengguna dapat melihat profil psikolog yang akan berkonsultasi dengan mereka. “Di sini user bisa menemukan background pendidikan, pencapaian, hingga kerja apa yang sudah dijalani sang psikolog di masa lalu,” tutur Agita, menerangkan soal keterbukaan rekam jejak psikolog di bully.id. Dengan fitur ini, pengguna bisa memilih psikolog mana tempat ia bisa berbagi cerita, sehingga memberi rasa nyaman lebih selama sesi konsultasi.

Kelebihan bully.id dibanding jasa serupa adalah mereka menawarkan integrated service, di mana korban perundungan tidak hanya mendapatkan jasa konseling psikolog, namun juga pertolongan dari pengacara maupun dokter. Menurut Agita, jasa pengacara ini dapat digunakan untuk memberikan perlindungan legal kepada korban. Dokter sendiri diintegrasikan dalam jasa bully.id karena stres dapat berujung pada kondisi-kondisi psikosomatis.

Selain itu, di website bully.id, mereka juga menawarkan berbagai fitur terkait dengan upaya meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan jiwa. Di sana, pengguna dapat menemui berbagai konten edukasi yang membahas isu-isu kesehatan jiwa secara cukup komprehensif.

Fitur paling menarik yang dapat ditemui di situs ini mungkin adalah relationship test berbasis chatbot, di mana pengguna akan mendapatkan berbagai pertanyaan yang bertujuan untuk mengukur seberapa sehat hubungan yang mereka jalani dengan pasangan. Menurut Agita, dengan chatbot ini, pengguna bisa menyadari apakah hubungan mereka sehat atau justru toxic.

Agita menambahkan, konseling di bully.id tidak saja terbatas pada bullying dan cyberbullying. Para psikolog di bully.id sepenuhnya terbuka untuk konseling mengenai isu-isu lain yang mengganggu kesehatan mental pengguna, seperti stalking, kekerasan rumah tangga, revenge porn, hingga gaslighting. Upaya ini adalah bentuk kepedulian bully.id terhadap isu kesehatan mental secara umum, bukan hanya korban perundungan.

Di akhir wawancara, Agita menyatakan bahwa karena beberapa kelemahan dalam hukum di Indonesia, membagikan kisah kekerasan yang pernah dialami justru bisa menjadi bumerang. Oleh karena itu, bully.id hadir sebagai solusi atas permasalahan itu, di mana semua informasi mengenai pengguna layanan dirahasiakan sepenuhnya.

Narasumber : Afga Yudistikhar (Ketua Halojiwa) dan Agita Pasaribu S.H M. a (Founder Bullyid) 

Penulis  : Daniel Aguira — Tim Editor Halojiwa Indonesia

Tidak ada komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Diberdayakan oleh Blogger.