Launching Layanan Konseling Online Bully Id
Oleh karena itu,
peran psikolog sangat diperlukan oleh korban perundungan untuk membantu
meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Sayangnya, karena berbagai faktor
seperti stigma dan toxic masculinity, korban perundungan seringkali
tidak mendapat perlindungan atau dukungan yang sepantasnya didapat. Karena takut
menceritakan kekerasan yang mereka alami, akhirnya mereka tidak mendapatkan
pertolongan yang selayaknya.
Untungnya,
solusi hadir dalam bentuk bully.id, sebuah online counseling platform yang
dapat memberikan bantuan secara daring sehingga korban tidak perlu khawatir
identitasnya diketahui. Platform yang namanya berasal dari permainan
kata verba bullied ini digawangi oleh banyak psikolog berpengalaman.
Dalam sebuah
wawancara dengan HaloJiwa, pendiri bully.id, Agita Pasaribu, menceritakan bahwa
ia mendirikan platform karena ia sendiri merupakan penyintas
perundungan. Ia ingin para korban perundungan memiliki akses terhadap bantuan,
di mana mereka bisa merasa aman menceritakan apa yang mereka hadapi.
Lanjut
Agita, bully.id menghadirkan fitur konseling on-demand, di mana pengguna
dapat menentukan jadwal pertemuan kapan saja ia membutuhkan. Hal ini, ujar
Agita, dapat membuat pengguna merasa nyaman karena tidak harus terikat jadwal
kaku seperti appointment konvensional.
Bully.id memastikan
bahwa data dan identitas korban sepenuhnya aman. Bahkan, pengguna layanan dapat
menggunakan fitur tanpa video selama konseling berlanjut sehingga mereka bisa
merasa aman dan tidak canggung selama proses berlangsung.
Bahkan, para
pengguna dapat melihat profil psikolog yang akan berkonsultasi dengan mereka.
“Di sini user bisa menemukan background pendidikan, pencapaian,
hingga kerja apa yang sudah dijalani sang psikolog di masa lalu,” tutur Agita,
menerangkan soal keterbukaan rekam jejak psikolog di bully.id. Dengan fitur
ini, pengguna bisa memilih psikolog mana tempat ia bisa berbagi cerita,
sehingga memberi rasa nyaman lebih selama sesi konsultasi.
Kelebihan
bully.id dibanding jasa serupa adalah mereka menawarkan integrated service,
di mana korban perundungan tidak hanya mendapatkan jasa konseling psikolog,
namun juga pertolongan dari pengacara maupun dokter. Menurut Agita, jasa
pengacara ini dapat digunakan untuk memberikan perlindungan legal kepada
korban. Dokter sendiri diintegrasikan dalam jasa bully.id karena stres dapat
berujung pada kondisi-kondisi psikosomatis.
Selain itu, di
website bully.id, mereka juga menawarkan berbagai fitur terkait dengan upaya
meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan jiwa. Di sana, pengguna dapat menemui
berbagai konten edukasi yang membahas isu-isu kesehatan jiwa secara cukup
komprehensif.
Fitur paling
menarik yang dapat ditemui di situs ini mungkin adalah relationship test berbasis
chatbot, di mana pengguna akan mendapatkan berbagai pertanyaan yang
bertujuan untuk mengukur seberapa sehat hubungan yang mereka jalani dengan
pasangan. Menurut Agita, dengan chatbot ini, pengguna bisa menyadari
apakah hubungan mereka sehat atau justru toxic.
Agita
menambahkan, konseling di bully.id tidak saja terbatas pada bullying dan
cyberbullying. Para psikolog di bully.id sepenuhnya terbuka untuk
konseling mengenai isu-isu lain yang mengganggu kesehatan mental pengguna,
seperti stalking, kekerasan rumah tangga, revenge porn, hingga gaslighting.
Upaya ini adalah bentuk kepedulian bully.id terhadap isu kesehatan mental
secara umum, bukan hanya korban perundungan.
Di akhir wawancara, Agita menyatakan bahwa karena beberapa kelemahan dalam hukum di Indonesia, membagikan kisah kekerasan yang pernah dialami justru bisa menjadi bumerang. Oleh karena itu, bully.id hadir sebagai solusi atas permasalahan itu, di mana semua informasi mengenai pengguna layanan dirahasiakan sepenuhnya.
Narasumber : Afga Yudistikhar (Ketua Halojiwa) dan Agita Pasaribu S.H M. a (Founder Bullyid)
Penulis : Daniel Aguira — Tim Editor Halojiwa Indonesia
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.