Keseharianku terus berjalan seperti biasanya. Bangun di pagi hari dengan niat-niat baik yang menjadi tujuan aku menekuni pekerjaan ini, memberikan makanannya, mendengarkan apa yang menjadi keluh kesahnya, membimbingnya dengan baik terhadap apa saja yang menjadi permasalahannya, aku terus mengulangi rutinitas itu setiap hari. Aku berjibaku dengan semua permasalahan di sekitarku dan masalah yang ada di dalam diriku.
Aku tahu bahwa ini adalah tugasku untuk membantu mereka yang sedang membutuhkan bantuanku. Karena tidak semua orang bisa menemukan dirinya sendiri. Akan tetapi, semua ini cukup membuatku lelah. Aku cuma manusia yang ternyata juga perlu untuk mengobati diriku sendiri dari semua yang telah kulakukan.
Apakah aku harus begitu kuat untuk menghadapi mereka yang belum bisa kuat?
Apakah aku tidak boleh lemah agar bisa membantu mereka yang belum menemukan diri mereka?
Apakah aku tidak boleh menangis dengan semua kelelahan yang ada?
Rutinitas ini cukup melelahkan dan menghabiskan energiku. Aku tak hanya melayani semua yang ada di sekitarku, tapi juga berusaha berdamai dengan semua yang ada di sekitar dan apa yang ada dalam diriku.
Usaha untuk berdamai tidaklah mudah, sobat. Apalagi ketika berusaha untuk memahami ruang yang tak bisa terjamah oleh banyak orang. Membaca ruangan yang ada dalam diri kita pun cukup menguras tenaga dan pikiran. Terlebih, ketika kita pada akhirnya berusaha membaca ruangan yang ada di dalam orang lain kemudian berusaha untuk menatanya dengan baik agar mereka bisa kembali menjalani hidupnya dengan lebih bermakna dan lebih bijak.
Semua kesadaran yang kita dapatkan dari diri sendiri dan juga dari orang lain menjadi pelajaran yang sangat berharga untukku dan untuk semuanya. Bahwa setiap orang mempunyai tantangan dan rintangannya masing-masing di dalam kehidupan. Tentang menemukan diri sendiri, menemukan jati diri, memahami apa yang ada dalam dirinya, memaafkan semua kekurangan dan kesalahan, dengan semua perasaan dan pikiran yang masing-masing manusia miliki, aku terus berjalan dan diperlihatkan dengan banyaknya cerita dari setiap orang dengan segala hal yang harus dihadapinya.
Kelelahan ini cukup membuatku gelisah dan putus asa. Akan tetapi, dari orang lain aku belajar bahwa kita sepatutnya belajar dan banyak bersyukur. Kelebihan dan kekurangan ada sebagai hal yang perlu dipahami, bukan untuk kita jadikan masalah abadi.
Oleh: Alief Fikri Nurham
Tidak ada komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.